Jumat, 08 April 2011

Nikmat Allah Syukurilah dan Ujian-Nya Sabarilah

Demikian banyak ni’mat Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Tidak
ada satupun manusia yg bisa
menghitung meski
menggunakan alat secanggih
apapun. Pernahkah kita
berpikir utk apa Allah
Subhanahu wa Ta’ala
memberikan demikian banyak
ni’mat kepada para hamba-
Nya? Untuk sekedar
menghabiskan ni’mat-ni’mat
tersebut atau ada tujuan lain?
Luas Pemberian Allah
Subhanahu wa Ta’ala
Sungguh betapa besar dan
banyak ni’mat yg telah
dikaruniakan Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepada kita. Setiap
hari silih berganti kita
merasakan satu ni’mat
kemudian beralih kepada
ni’mat yg lain. Di mana kita
terkadang tdk membayangkan
sebelum akan terjadi dan
mendapatkannya. Sangat
besar dan banyak krn tdk bisa
utk dibatasi atau dihitung dgn
alat secanggih apapun di masa
kini.
Semuaini tentu mengundang
kita utk menyimpulkan betapa
besar karunia dan kasih
sayang Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada hamba-hamba-
Nya. dlm realita kehidupan
kita menemukan keadaan yg
memprihatinkan. Yaitu
mayoritas manusia dlm
keingkaran dan kekufuran
kepada Pemberi Nikmat.
Puncak adl menyamakan
pemberi ni’mat dgn makhluk
yg keadaan makhluk itu
sendiri sangat butuh kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentu hal ini termasuk dari
kedzaliman di atas kedzaliman
sebagaimana dijelaskan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala di
dlm firman-Nya:
ﻢﻴﻈﻋ ﻢﻠﻈﻟ ﻙﺮﺸﻟﺍ ﻥﺇ
“Sesungguh kesyirikan itu adl
kedzaliman yg paling besar.”
Kendati demikian Allah
Subhanahu wa Ta’ala tetap
memberikan kepada mereka
sebagian karunia-Nya
disebabkan “kasih sayang-Nya
mendahului murka-Nya” dan
membukakan bagi mereka
pintu utk bertaubat. Oleh
sebab itu tdk ada alasan bagi
hamba ini untuk:
-Ingkar dan kufur kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala
serta menyamakan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dgn
makhluk-Nya yg sangat butuh
kepada-Nya.
-Menyombongkan diri serta
angkuh dgn tdk mau
melaksanakan perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan
meninggalkan larangan-
larangan-Nya atau tdk mau
menerima kebenaran dan
mengentengkan orang lain.
-Tidak mensyukuri pemberian
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻤﻓ ﺔﻤﻌﻧ ﻦﻣ ﻢﻜﺑ ﺎﻣﻭ
“Dan ni’mat apapun yg kalian
dapatkan adl datang dari
Allah.”
ﺎﻫﻮﺼﺤﺗ ﻻ ﻪﻠﻟﺍ ﺔﻤﻌﻧ ﺍﻭﺪﻌﺗ ﻥﺇﻭ
“Dan jika kalian menghitung
ni’mat Allah niscaya kalian tdk
akan sanggup.”
Pemberian Allah Subhanahu
wa Ta’ala utk Satu Tujuan yg
Mulia
Darisekian ni’mat yg telah
dikaruniakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada
kita mari kita mencoba
menghitungnya. Sudah
berapakah dlm kalkulasi kita
ni’mat yg telah kita syukuri
dan dari sekian ni’mat yg
telah kita pergunakan utk
bermaksiat kepada-Nya. Jika
kita menemukan kalkulasi yg
baik mk pujilah Allah
Subhanahu wa Ta’ala krn Dia
telah memberimu kesempatan
yg baik. Jika kita menemukan
sebalik mk janganlah engkau
mencela melainkan dirimu
sendiri.1
Setiaporang bisa mengatakan
bahwa semua yg ada di dunia
ini merupakan pemberian
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tahukah anda apa rahasia di
balik pemberian Allah
Subhanahu wa Ta’ala
tersebut?
Ketahuilah bahwa keni’matan
yg berlimpah ruah bukanlah
tujuan diciptakan manusia dan
bukan pula sebagai wujud
cinta Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada manusia
tersebut. Allah Subhanahu wa
Ta’ala menciptakan manusia
utk sebuah kemuliaan bagi
dan menjadikan segala ni’mat
itu sebagai perantara utk
menyampaikan kepada
kemuliaan tersebut. Tujuan itu
adl utk beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala
saja sebagaimana hal ini
disebutkan dlm firman-Nya:
ﻥﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﻻﺇ ﺲﻧﻹﺍﻭ ﻦﺠﻟﺍ ﺖﻘﻠﺧ ﺎﻣﻭ
“Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka
menyembah kepada-Ku.”
Bagi orang yg berakal akan
berusaha mencari rahasia di
balik pemberian Allah
Subhanahu wa Ta’ala yg
berlimpah ruah tersebut.
Setelah dia menemukan
jawaban yaitu utk beribadah
kepada-Nya saja mk dia akan
mengetahui pula bahwa dunia
bukan sebagai tujuan.
Sebagaibukti yaitu ada
kematian setelah hidup ini dan
ada kehidupan setelah
kematian diiringi dgn
persidangan dan pengadilan
serta pembalasan dari Allah l.
Itulah kehidupan yg hakiki di
akhirat nanti. Kesimpulan
seperti ini akan mengantarkan
kepada:
1. Dunia bukan tujuan hidup.
2.Keni’matan yg ada pada
bukan tujuan diciptakan
manusia akan tetapi sebagai
perantara utk suatu tujuan yg
mulia.
3.Semangat beramal utk
tujuan hidup yg hakiki dan
kekal.
IbnuQudamah rahimahullahu
menjelaskan: “Ketahuilah
bahwa ni’mat itu ada dua
bentuk ni’mat yg menjadi
tujuan dan ni’mat yg menjadi
perantara menuju tujuan.
Nikmat yg merupakan tujuan
adl kebahagiaan akhirat dan
nilai akan kembali kepada
empat perkara.
Pertama:Kekekalan dan tdk
ada kebinasaan setelah
Kedua: Kebahagian yg tdk ada
duka setelahnya
Ketiga:Ilmu yg tdk ada
kejahilan setelahnya
Keempat:Kaya yg tdk ada
kefakiran setelahnya.
Semuaini merupakan
kebahagiaan yg hakiki.
Adapun bagian yg kedua adl
sebagai perantara menuju
kebahagiaan yg disebutkan
dan ini ada empat perkara:
Pertama:Keutamaan diri
sendiri seperti keimanan dan
akhlak yg baik.
Kedua:Keutamaan pada
badan seperti kekuatan dan
kesehatan dan sebagainya.
Ketiga:Keutamaan yg terkait
dgn badan seperti harta
kedudukan dan keluarga.
Keempat:Sebab-sebab yg
menghimpun ni’mat-ni’mat
tersebut dgn segala
keutamaan seperti hidayah
bimbingan kebaikan
pertolongan dan semua ni’mat
ini adl besar.”
Untaian Indah dari Ibnu
Qudamah
“Ketahuilah bahwa segala yg
dicari oleh tiap orang adl
ni’mat. Akan tetapi
keni’matan yg hakiki adl
kebahagiaan di akhirat kelak
dan segala ni’mat selain akan
lenyap. Semua perkara yg
disandarkan kepada kita ada
empat macam:
Pertama:Sesuatu yg
bermanfaat di dunia dan di
akhirat seperti ilmu dan
akhlak yg baik. Inilah
keni’matan yg hakiki.
Kedua: Sesuatu yg
memudaratkan di dunia dan di
akhirat. Ini merupakan bala’
yg hakiki.
Ketiga:Bermanfaat di dunia
akan tetapi memudaratkan di
akhirat seperti berlezat-lezat
dan mengikuti hawa nafsu. Ini
sesungguh bala bagi orang yg
berakal sekalipun orang jahil
menganggap ni’mat. Seperti
seseorang yg sedang lapar
lalu menemukan madu yg
bercampur racun. Bila tdk
mengetahui dia menganggap
sebuah ni’mat dan jika
mengetahui dia menganggap
sebagai malapetaka.
Keempat:Memudaratkan di
dunia namun akan bermanfaat
diakhirat sebagai ni’mat bagi
orang yg berakal. Contoh obat
bila dirasakan sangat pahit
dan pada akhir akan
menyembuhkan .
Seoranganak bila dipaksa utk
meminum dia menyangka
sebagai malapetaka dan
orang yg berakal akan
menganggap sebagai ni’mat.
Demikian juga bila seorang
anak butuh utk dibekam sang
bapak berusaha menyuruh
dan memerintahkan anak utk
melakukannya. Namun sang
anak tdk bisa melihat akibat
di belakang yg akan muncul
berupa kesembuhan.
sangibu akan berusaha
mencegah krn cinta yg tinggi
kepada anak tersebut krn
sang ibu tdk tahu tentang
maslahat yg akan muncul dari
pengobatan tersebut.
Sanganak menuruti apa kata
ibunya. Hal ini disebabkan
oleh ketidaktahuan sehingga
ia lbh menuruti ibu daripada
bapaknya. Bersamaan dgn itu
sang anak menganggap bapak
sebagai musuh. Jika sang anak
berakal niscaya dia akan
menyimpulkan bahwa sang ibu
merupakan musuh sesungguh
dlm wujud teman dekat.
Karena larangan sang ibu utk
berbekam akan menggiring
kepada penyakit yg lbh besar
dibandingkan sakit krn
berbekam.
Karenaitu teman yg jahil lbh
berbahaya dari seorang
musuh yg berakal. Dan tiap
orang menjadi teman diri
sendiri akan tetapi nafsu
merupakan teman yg jahil.
Nafsu akan berbuat pada diri
apa yg tdk diperbuat oleh
musuh.”
Syukur dlm Tinjauan Bahasa
dan Agama
Syukursecara bahasa adl
nampak bekas makan pada
badan binatang dgn jelas.
Binatang yg syakur artinya:
Apabila nampak pada
kegemukan krn makan
melebihi takarannya.
Adapundlm tinjauan agama
syukur adalah: Nampak
pengaruh ni’mat Allah
Subhanahu wa Ta’ala atas
seorang hamba melalui lisan
dgn cara memuji dan
mengakuinya; melalui hati dgn
cara meyakinidan cinta; serta
melalui anggota badan dgn
penuh ketundukan dan
ketaatan.
Adajuga yg mendefinisikan
syukur dgn makna lain
seperti:
1.Mengakui ni’mat yg
diberikan dgn penuh
ketundukan.
2.Memuji yg memberi ni’mat
atas ni’mat yg diberikannya.
3. Cinta hati kepada yg
memberi ni’mat dan anggota
badan dgn ketaatan serta
lisan dgn cara memuji dan
menyanjungnya.
4.Menyaksikan keni’matan
dan menjaga keharaman.
5.Mengetahui kelemahan diri
dari bersyukur.
6.Menyandarkan ni’mat
tersebut kepada pemberi dgn
ketenangan.
7.Engkau melihat dirimu
orang yg tdk pantas utk
mendapatkan ni’mat.
8. Mengikat ni’mat yg ada dan
mencari ni’mat yg tdk ada.
Masih banyak lagi definisi
para ulama tentang syukur
akan tetapi semua kembali
kepada penjelasan Ibnul
Qayyim sebagaimana
disebutkan di atas.
Yangjelas syukur adl sebuah
istilah yg digunakan pada
pengakuan/ pengetahuan
akan sebuah ni’mat. Karena
mengetahui ni’mat merupakan
jalan utk mengetahui Dzat yg
memberi ni’mat. Oleh krn itu
Allah Subhanahu wa Ta’ala
menamakan Islam dan iman di
dlm Al-Qur`an dgn syukur.
Dari sini diketahui bahwa
mengetahui sebuah ni’mat
merupakan rukun dari rukun-
rukun syukur.
Apabilaseorang hamba
mengetahui sebuah ni’mat mk
dia akan mengetahui yg
memberi ni’mat. Ketika
seseorang mengetahui yg
memberi ni’mat tentu dia
akan mencintai-Nya dan
terdorong utk bersungguh-
sungguh mensyukuri ni’mat-
Nya.
Syukur Tidak Sempurna
Melainkan dgn Mengetahui
Apa yg Dicintai Allah l
IbnuQudamah rahimahullahu
menjelaskan: “Ketahuilah
bahwa syukur dan tdk kufur
tdk akan sempurna melainkan
dgn mengetahui segala apa yg
dicintai oleh Allah l. Sebab
makna syukur adl
mempergunakan segala
karunia Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada apa yg dicintai-
Nya dan kufur ni’mat adl
sebaliknya. Bisa juga dgn tdk
memanfaatkan ni’mat
tersebut atau
mempergunakan pada apa yg
dimurkai-Nya.”
Makna Syukur
Syukur memiliki tiga makna.
Pertama:Mengetahui adl
sebuah ni’mat. Arti dia
menghadirkan dlm benak
mempersaksikan dan
memilahnya. Hal ini akan bisa
terwujud dlm benak
sebagaimana terwujud dlm
kenyataan. Sebab banyak
orang yg jika engkau berbuat
baik kepada namun dia tdk
mengetahui . Gambaran ini
bukan termasuk dari syukur.
Kedua:Menerima ni’mat
tersebut dgn menampakkan
butuh kepadanya. Dan bahwa
sampai ni’mat tersebut
kepada bukan sebagai satu
keharusan hak bagi dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan
tanpa membeli dgn harga.
Bahkan dia melihat diri di
hadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala seperti seorang tamu
yg tdk diundang.
Ketiga:Memuji yg memberi
ni’mat. dlm hal ini ada dua
bentuk yaitu umum dan
khusus. Pujian yg bersifat
umum adl menyifati pemberi
ni’mat dgn sifat dermawan
kebaikan luas pemberian dan
sebagainya. Pujian yg bersifat
khusus adl menceritakan
ni’mat tersebut dan
memberitahukan bahwa
ni’mat tersebut sampai
kepada dia krn sebab Sang
Pemberi tersebut.
Sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
ﺙﺪﺤﻓ ﻚﺑﺭ ﺔﻤﻌﻨﺑ ﺎﻣﺃﻭ
“Dan adapun tentang ni’mat
Rabbmu mk
ceritakanlah.” (Madarijus
Salikin 2/247-248)
Menceritakan Sebuah Nikmat
Termasuk Syukur
Menceritakansebuah ni’mat
yg dia dapatkan kepada orang
lain termasuk dlm kategori
syukur. Hal ini berdasarkan
hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
ﻦﻣﻊﻨﺻﻪﻴﻟﺇﺰﺠﻴﻠﻓ ﺎﻓﻭﺮﻌﻣﻪﺑﻢﻟ ﻥﺈﻓ
ﺪﺠﻳﺎﻣﻱﺰﺠﻳﻪﺑﻦﺜﻴﻠﻓﻪﻧﺈﻓﺍﺫﺇﻰﻨﺛﺃ
ﻪﻴﻠﻋﺪﻘﻓﻩﺮﻜﺷﻥﺇﻭﻪﻤﺘﻛﺪﻘﻓﻩﺮﻔﻛ
ﻦﻣﻭﻲﺑﻮﺛ ﺲﺑﻼﻛ ﻥﺎﻛ ﻂﻌﻳ ﻢﻟ ﺎﻤﺑ ﻰﻠﺤﺗ
ﺭﻭﺯ
“Barangsiapa yg diberikan
kebaikan kepada hendaklah
dia membalas dan jika dia tdk
mendapatkan sesuatu utk
membalas hendaklah dia
memujinya. Karena jika dia
memuji sungguh dia telah
berterima kasih dan jika dia
menyembunyikan sungguh dia
telah kufur. Dan barangsiapa
yg berhias dgn sesuatu yg dia
tdk diberi sama hal dgn orang
yg memakai dua baju
kedustaan.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ﺙﺪﺤﻓ ﻚﺑﺭ ﺔﻤﻌﻨﺑ ﺎﻣﺃﻭ
“Dan adapun tentang ni’mat
Rabbmu mk ceritakanlah.”
Menceritakan ni’mat yg
diperintahkan di dlm ayat ini
ada dua pendapat di kalangan
para ulama.
Pertama:Menceritakan ni’mat
tersebut dan memberitahukan
kepada orang lain seperti dgn
ucapan: “Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah memberiku ni’mat
demikian dan demikian.”
Kedua: Menceritakan ni’mat
yg dimaksud di dlm ayat ini
adl berdakwah di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala
menyampaikan risalah-Nya
dan mengajarkan umat.
Darikedua pendapat tersebut
Ibnul Qayyim rahimahullahu
dlm Madarijus Salikin
mentarjih dgn perkataan
beliau: “Yang benar ayat ini
mencakup kedua makna
tersebut. Karena masing-
masing adl ni’mat yg kita
diperintahkan utk mensyukuri
menceritakan dan
menampakkan sebagai wujud
kesyukuran.”
Beliau berkata: “Dalam
sebuah atsar yg lain dan
marfu’ disebutkan:
ﻦﻣﻢﻟﺮﻜﺸﻳﻞﻴﻠﻘﻟﺍﻢﻟﺮﻜﺸﻳﺮﻴﺜﻜﻟﺍ
ﻦﻣﻭﻢﻟﺮﻜﺸﻳﺱﺎﻨﻟﺍﻢﻟﺮﻜﺸﻳﻪﻠﻟﺍ،
ﺙﺪﺤﺘﻟﺍﻭﺔﻤﻌﻨﺑﻪﻠﻟﺍﺮﻜﺷﻪﻛﺮﺗﻭﺮﻔﻛ
ﺏﺍﺬﻋ ﺔﻗﺮﻔﻟﺍﻭ ﺔﻤﺣﺭ ﺔﻋﺎﻤﺠﻟﺍﻭ
“Barangsiapa tdk mensyukuri
yg sedikit mk dia tdk akan
mensyukuri atas yg banyak
dan barangsiapa yg tdk
berterima kasih kepada
manusia mk dia tdk bersyukur
kepada Allah. Menceritakan
sebuah ni’mat kepada orang
lain termasuk dari syukur dan
meninggalkan adl kufur
bersatu adl rahmat dan
bercerai berai adl
azab.” (Madarijus Salikin
2/248)
Dengan Apa Seorang Hamba
Bersyukur?
IbnuQudamah rahimahullahu
menjelaskan: “Syukur bisa
dilakukan dgn hati lisan dan
anggota badan. Adapun dgn
hati adl berniat utk
melakukan kebaikan dan
menyembunyikan pada
khayalak ramai. Adapun dgn
lisan adl menampakkan
kesyukuran itu dgn memuji
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Arti menampakkan keridhaan
kepada Allah k. Dan hal ini
sangat dituntut sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
ﺮﻔﻛ ﻪﻛﺮﺗﻭ ﺮﻜﺷ ﻢﻌﻨﻟﺎﺑ ﺙﺪﺤﺘﻟﺍ
‘Menceritakan ni’mat itu adl
wujud kesyukuran dan
meninggalkan adl wujud
kekufuran.’
Adapun dgn anggota badan
adl mempergunakan ni’mat-
ni’mat Allah Subhanahu wa
Ta’ala tersebut dlm ketaatan
kepada-Nya dan menjaga diri
dari bermaksiat dengannya.
Termasuk kesyukuran
terhadap ni’mat kedua mata
adl dgn cara menutup tiap aib
yg dilihat pada seorang
muslim. Dan termasuk
kesyukuran atas ni’mat kedua
telinga adl menutup tiap aib
yg didengar. Penampilan
seperti ini termasuk wujud
kesyukuran terhadap anggota
badan.”
Ibnul Qayyim rahimahullahu
menjelaskan: “Syukur itu bisa
dilakukan oleh hati dgn
tunduk dan kepasrahan oleh
lisan dgn mengakui ni’mat
tersebut dan oleh anggota
badan dgn ketaatan dan
penerimaan.”
Derajat Syukur
Syukurmemiliki tiga
tingkatan:
Pertama: Bersyukur krn
mendapatkan apa yg disukai.
Tingkatsyukur ini bisa juga
dilakukan orang Islam dan non
Islamseperti Yahudi dan
Nasrani bahkan Majusi.
Namun Ibnul Qayyim
rahimahullahu menjelaskan:
“Jika engkau mengetahui
hakikat syukur dan di antara
hakikat syukur adl menjadikan
ni’mat tersebut membantu
dlm ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan
mencari ridha-Nya niscaya
engkau akan mengetahui
bahwa kaum musliminlah yg
pantas menyandang derajat
syukur ini.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
telah menulis surat kepada
Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu:
‘Sesungguh tingkatan
kewajiban yg paling kecil atas
orang yg diberi ni’mat adl tdk
menjadikan ni’mat tersebut
sebagai jembatan utk
bermaksiat kepada-Nya’.”
Kedua: Mensyukuri sesuatu yg
tdk disukai. Orang yg
melakukan jenis syukur ini adl
orang yg sikap sama dlm
semua keadaan sebagai bukti
keridhaannya.
IbnulQayyim rahimahullahu
menjelaskan: “Bersyukur atas
sesuatu yg tdk disukai lbh
berat dan lbh sulit
dibandingkan mensyukuri yg
disenangi. Oleh sebab itulah
syukur yg kedua ini di atas
jenis syukur yg pertama.
Syukur jenis kedua ini tdk
dilakukan kecuali oleh salah
satu dari dua jenis orang:
Seseorang yg semua
keadaan sama. Arti sikap
sama terhadap yg disukai dan
tdk disukai dan dia bersyukur
atas semua sebagai bukti
keridhaan diri terhadap apa
yg terjadi. Ini merupakan
kedudukan ridha.
Seseorang yg bisa
membedakan keadaannya. Dia
tdkmenyukai sesuatu yg tdk
menyenangkan dan tdk ridha
bila menimpanya. Namun bila
sesuatu yg tdk menyenangkan
menimpa dia tetap
mensyukurinya. Kesyukuran
sebagai pemadam kemarahan
sebagai penutup dari berkeluh
kesah dan demi menjaga adab
serta menempuh jalan ilmu.
Karena sesungguh adab dan
ilmu akan membimbing
seseorang utk bersyukur di
waktu senang maupun susah.
Tentuyg pertama lbh tinggi
dari yg kedua.
Ketiga:Seseorang seolah-olah
tdk menyaksikan kecuali Yang
memberi keni’matan. Arti bila
dia melihat yg memberi
keni’matan dlm rangka ibadah
dia akan menganggap besar
ni’mat tersebut. Dan bila dia
menyaksikan yg memberi
keni’matan krn rasa cinta
niscaya semua yg berat akan
terasa manis baginya.
Manusia dan Syukur
Kitatelah mengetahui bahwa
syukur merupakan salah satu
sifat yg terpuji dan sifat yg
dicintai oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Akan tetapi tdk
semua orang bisa
mendapatkannya. Arti ada yg
diberi oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan ada pula yg
tidak.
Manusia dan syukur terbagi
menjadi tiga golongan:
Pertama:Orang yg
mensyukuri ni’mat yg
diberikan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua: Orang yg menentang
ni’mat yg diberikan alias kufur
ni’mat.
Ketiga: Orang yg berpura-
pura syukur padahal dia
bukan orang yg bersyukur.
Orang yg seperti ini
dimisalkan dgn orang yg
berhias dgn sesuatu yg tdk dia
tdk miliki.
Dalil-dalil tentang Syukur
ﻥﻭﺪﺒﻌﺗ ﻩﺎﻳﺇ ﻢﺘﻨﻛ ﻥﺇ ﻪﻠﻟ ﺍﻭﺮﻜﺷﺍﻭ
“Bersyukurlah kalian kepada
Allah jika hanya kepada-Nya
kalian menyembah.”
ﻲﻧﻭﺮﻛﺫﺎﻓﻢﻛﺮﻛﺫﺃﺍﻭﺮﻜﺷﺍﻭﻲﻟﻻﻭ
ﻥﻭﺮﻔﻜﺗ
“Maka ingatlah kalian kepada-
Ku niscaya Aku akan
mengingat kalian dan
bersyukurlah kalian kepada-
Ku dan jangan kalian kufur.”
ﻥﻮﻌﺟﺮﺗ ﻪﻴﻟﺇ ﻪﻟ ﺍﻭﺮﻜﺷﺍﻭ ﻩﻭﺪﺒﻋﺍﻭ
“Dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya dan
kepada-Nya kalian
dikembalikan.”
ﻦﻳﺮﻛﺎﺸﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻱﺰﺠﻴﺳﻭ
“Dan Allah akan membalas
orang2 yg bersyukur.”
ﺫﺇﻭﻥﺫﺄﺗﻢﻜﺑﺭﻦﺌﻟﻢﺗﺮﻜﺷﻢﻜﻧﺪﻳﺯﻷ
ﺪﻳﺪﺸﻟ ﻲﺑﺍﺬﻋ ﻥﺇ ﻢﺗﺮﻔﻛ ﻦﺌﻟﻭ
“Dan ingatlah ketika Rabb
kalian memaklumkan: Jika
kalian bersyukur niscaya Kami
akan menambah dan jika
kalian mengkufuri sungguh
azab-Ku sangat pedih.”
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha ia berkata:
ﻥﺃﻲﺒﻧﻪﻠﻟﺍﻰﻠﺻﻪﻠﻟﺍﻪﻴﻠﻋﻢﻠﺳﻭﻥﺎﻛ
ﻡﻮﻘﻳﻦﻣﻞﻴﻠﻟﺍﻰﺘﺣﺮﻄﻔﺘﺗﻩﺎﻣﺪﻗ،
ﺖﻟﺎﻘﻓﺔﺸﺋﺎﻋ:ﻢﻟﻊﻨﺼﺗﺍﺬﻫﺎﻳﻝﻮﺳﺭ
ﻪﻠﻟﺍ،ﺪﻗﻭﺮﻔﻏﻪﻠﻟﺍﻚﻟﺎﻣﻡﺪﻘﺗﻦﻣ
ﻚﺒﻧﺫﺎﻣﻭ؟ﺮﺧﺄﺗﻝﺎﻗ:ﻼﻓﺃﺐﺣﺃﻥﺃ
؟ﺍﺭﻮﻜﺷ ﺍﺪﺒﻋ ﻥﻮﻛﺃ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bangun di malam hari
sampai pecah-pecah kedua
kaki beliau lalu ‘Aisyah
berkata: ‘Ya Rasulullah
kenapa engkau melakukan yg
demikian padahal Allah telah
mengampuni dosamu yg telah
lewat dan akan datang?’
Beliau menjawab: ‘Apakah aku
tdk suka menjadi hamba yg
bersyukur?’”
Masih banyak dalil lain yg
menjelaskan tentang
keutamaan syukur dan
anjuran dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Semoga apa yg dibawakan di
sini mewakili yg tdk
disebutkan.
Ancaman bagi orang2 yg Tidak
Bersyukur
Yangtdk bersyukur lbh
banyak dari yg bersyukur. Hal
ini tdk bisa dipungkiri oleh
orang yg berakal bersih.
Sebagaimana orang yg ingkar
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala lbh banyak dari yg
beriman. Demikianlah
keterangan Allah Subhanahu
wa Ta’ala di dlm firman-Nya:
ﺭﻮﻜﺸﻟﺍ ﻱﺩﺎﺒﻋ ﻦﻣ ﻞﻴﻠﻗﻭ
“Dan sedikit dari hamba-
hambaKu yg bersyukur.”
Sebuah peringatan tentu akan
bermanfaat bagi orang yg
beriman. Di mana Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah
memperingatkan dari kufur
ni’mat setelah memerintahkan
utk bersyukur dan
menjelaskan keutamaan yg
akan di dapati sebagaimana
penjelasan Al-Imam As-Sa’di
rahimahullahu dlm tafsir
beliau: “Jika seseorang
bersyukur niscaya Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan
mengabadikan ni’mat yg dia
berada pada dan menambah
dgn ni’mat yg lain.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ﺫﺇﻭﻥﺫﺄﺗﻢﻜﺑﺭﻦﺌﻟﻢﺗﺮﻜﺷﻢﻜﻧﺪﻳﺯﻷ
ﺪﻳﺪﺸﻟ ﻲﺑﺍﺬﻋ ﻥﺇ ﻢﺗﺮﻔﻛ ﻦﺌﻟﻭ
“Dan Rabb kalian telah
mengumumkan jika kalian
bersyukur niscaya Kami akan
menambah dan jika kalian
mengkufuri sungguh azab-Ku
sangat pedih.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir
rahimahullahu menjelaskan:
“Jika kalian mengkufuri ni’mat
menutup-nutupi dan
menentang mk yaitu dgn
dicabut ni’mat tersebut dan
siksa Allah Subhanahu wa
Ta’ala menimpa dgn sebab
kekufurannya. Dan disebutkan
dlm sebuah hadits: ‘Sesungguh
seseorang diharamkan utk
mendapatkan rizki krn dosa yg
diperbuatnya’.”
Syukur dan Sabar
Kitaakan bertanya: “Jika
engkau ditimpa sebuah
musibah lalu engkau
mensyukuri mk tentu pada
sikap kesyukuranmu terdapat
sifat sabar dan sifat ridha
terhadap musibah yg menimpa
dirimu.Dan kita mengetahui
bahwa ridha merupakan
bagian dari kesabaran.
Sementara syukur merupakan
buah dari sifat ridha.”
Ibnul Qayyim rahimahullahu
menjelaskan: “Syukur
termasuk kedudukan yg paling
tinggidan lbh tinggi -bahkan
jauh libih tinggi- daripada
kedudukan ridha. Di mana
sifat ridha masuk dlm syukur
krn mustahil syukur ada tanpa
ridha.”
Kenapa Kebanyakan Orang
Tidak Bersyukur?
IbnuQudamah rahimahullahu
menjelaskan: “Makhluk ini tdk
mau mensyukuri ni’mat krn
pada ada dua yaitu kejahilan
dan kelalaian. Kedua sifat ini
menghalangi mereka utk
mengetahui ni’mat. Karena
tdk tergambar bahwa
seseorang akan bisa
bersyukur tanpa mengetahui
ni’mat . Jika pun mereka
mengetahui ni’mat mereka
menyangka bahwa bersyukur
itu hanya sebatas
mengucapkan alhamdulillah
atau syukrullah dgn lisan.
Mereka tdk mengetahui
bahwa makna syukur adl
mempergunakan ni’mat pada
jalan ketaatan kepada Allah
l.”
Kesimpulan ucapan Ibnu
Qudamah rahimahullahu adl
bahwa manusia banyak tdk
bersyukur krn ada dua
perkara yg melandasi yaitu
kejahilan dan kelalaian.
Mengobati Kelalaian dari
Bersyukur
IbnuQudamah rahimahullahu
menjelaskan: “Hati yg hidup
akan menggali segala macam
ni’mat diberikan. Adapun hati
yg jahil tdk akan menganggap
sebuah ni’mat sebagai ni’mat
kecuali setelah bala’
menimpanya. Cara hendaklah
dia terus memandang kepada
yg lbh rendah dari dan
berusaha berbuat apa yg telah
dilakukanoleh orang2
terdahulu. Mendatangi tempat
orang yg sedang sakit dan
melihat berbagai macam ujian
yg sedang menimpa mereka
kemudian berpikir tentang
ni’mat sehat dan keselamatan.
Menyaksikan jenazah orang yg
terbunuh dipotong tangan
mereka kaki-kaki mereka dan
diazab lalu dia bersyukur atas
keselamatan diri dari berbagai
azab.”
Wallahu a’lam.
1 Demikianlah makna yg telah
disabdakan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dlm hadits yg diriwayatkan
oleh Al-Imam Muslim dari
shahabat Abu Dzar
radhiyallahu ‘anhu.
Sumber: www.asysyariah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar